SKENARIO 1
Nn.L
45 tahun, mengalami sesak nafas, dyspnea, sulit menelan, leher bertambah besar,
suara parau.Nn. L sering mengeluh merasa cepat lelah dan nafsu makan menurun,
cepat marah.Paa saat perawat melaksanakan pemeriksaan fisik terdapat atropi
otot, BB turun, tremor halus pada tangan, mata melotot, kedipan berkurang.
Kata Kunci
1. Identitas:
·
Jenis kelamin perempuan
·
Umur 45 tahun
Data
subjektif
·
Cepat lelah
·
Nafsu makan turun
·
Cepat marah
2. Data
objektif
·
Sesak nafas
·
Dyspnea
·
Sulit menelan
·
Leher bertambah besar
·
Suara parau
Pemeriksaan
Fisik:
§ Atropi
otot
§ BB
turun
§ Tremor
halus pada tangan
§ Mata
melotot
§ Kedipan
berkurang
Analisa Data
Data
|
Masalah
|
Data Objektif: Sesak Nafas
Dyspnea
Data Subjektif: -
|
Ketidaknyamanan
|
Data Objektif: Sulit Menelan
Data Subjektif: Berat Badan Menurun
|
Ketidakseimbangan Nutrisi
|
Data Objektif:-
Data Subjektif: Tremor Halus Pada Tangan
|
Resiko Cedera
|
Data Objektif:Atropi Otot
Data Subjektif: Cepat Lelah
Cepat
Marah
|
Intolerensi Aktivitas : Keletihan
|
Data Objektif:Leher Bertambah Besar
Suara
Parau
Data Subjektif:-
|
Gangguan Konsep Diri
|
Data Objektif:Mata Melotot
Kedipan Berkurang
Data Subjektif: -
|
Resiko kerusakan integritas jaringan
|
Topik
Tree
Hipertiroidisme
(Tirotoksikosis)
Asupan
Hormon Tiroid
Kadar
Tiroksin
Hiperplasia
Kelenjar Tiroid
Suara Parau
Pembesaran
Tiroid Gangguan
Konsep Diri
Hipermetabolisme
& Aktivitas Simpatis
Tiroida Ekstratiroidal
Tonus
Otot
Protein
Energi
Cepat Lelah
Pertanyaan Penting
1.
Jelaskan anatomi, fisiologi, histologi, dan
histofisiologi yang berhubungan dengan benjolan di leher?
2.
Bagaimana pemeriksaan fisik, diagnostic, dan
laboratorium pada benjolan di leher?
3.
Jelaskan dan sebutkan penyakit yang berhubungan
dengan gejala benjolan di leher dan penanganannya?
4.
Askep pada penyakit yang berhubungan dengan
benjolan di leher?
Jawaban penting
1. ANATOMI, HISTOLOGY DAN HISTOFISIOLOGI KELENJAR
YANG BERHUBUNGAN DENGAN BENJOLAN DI LEHER
Adapun kelenjar yang berhubungan dengan adanya benjolan di leher adalah
kelenjar tiroid dan kelenjar hipofisis. Berikut anantomi, histology, serta
histofisiologi masing masing kelenjar adalah sebagai berikut:
A. Kelenjar Hipofisis
1. Anatomi
Kelenjar hipofisis ini berbentuk Ovoid/kacang dengan ukuran 12 x 8 mm dan berat
500 mg yang terletak di sela tursika, rongga tulang basis otak, dan dihubungkan
dengan hipotalamus oleh tungkai hipofisis atau hipofisial. Dikelilingi pembuluh
darah CIRCULUS WILLISI, Dibelakang bawah CHIASMA OPTICUM. Kelenjar ini terletak
pada dasar otak besar dan menghasilkan bermacam- macam hormonyang mengatur
kegiatan kelenjar lainnya. Oleh karena itu kelenjar hipofisis disebut master
gland( kelenjar induk / kelenjar ibu).
Kelenjar hipofisis dibagi
menjadi:
a. HipofisisAnterior(Adenohipofisis)
Hormon yang dikeluarkan oleh hipofisis anterior berperan utama dalam pengaturan
fungsi metabolisme di seluruh tubuh. Hormon-hormonnya yaitu:
1) Hormon Pertumbuhan
Meningkatkan pertumbuhan seluruh tubuh dengan cara mempengaruhi pembentuka
protein, pembelahan sel, dan deferensiasi sel.
2) Adrenokortikotropin (Kortikotropin)
Mengatur sekresi beberapa hormon adrenokortikal, yang selanjutnya akan
mempengaruhi metabolism glukosa, protein dan lemak.
3) Hormon perangsang Tiroid (Tirotropin)
Mengatur kecepatan sekresi tiroksin dan triiodotironin oleh kelenjar tiroid,
dan selanjutnya mengatur kecepatan sebagian besar reaksi kimia diseluruh tubuh.
4) Prolaktin
Meningkatkan pertunbuhan kelenjar payudara dan produksi air susu.
5) Hormon Perangsang Folikel dan Hormon Lutein
Mengatur pertumbuhan gonad sesuai dengan aktivitas reproduksinya.
b. Hipofisis Posterior (Neurohipofisis)
Ada 2 jenis hormon:
1) Hormon Antideuretik (disebit juga vasopressin
Mengatur kecepatan ekskresi air ke dalam urin dan dengan cara ini akan membantu
mengatur konsentrasi air dalam cairan tubuh.
2) Oksitosin
Membantu menyalurkan air susu dari kelenjar payudara ke putting susu selama
pengisapan dan mungkin membantu melahirkan bayi pada saat akhir masa kehamilan
c. Pars Intermedia
Daerah kecil diantara hipofisis anterior dan posterior yang relative avaskular,
yang pada manusia hamper tidak ada sedangkan pada bebrapa jenis binatang rendah
ukurannya jauh lebih besar dan lebih berfungsi.
Pembuluh darah yang menghubungkan hipotalamus dengan sel- sel kelenjar
hipofisis anterior.Pembuluh darah ini berkhir sebagai kapiler pada kedua
ujungnya, dan makanya disebut system portal.dalam hal ini system yang
menghubungkan hipotalamus dengan kelenjar hipofisis disebut juga system portal
hipotalamus – hipofisis.System portal merupakan saluran vascular yang penting
karena memungkinkan pergerakan hormone pelepasan dari hypothalamus ke kelenjar
hipofisis.sehingga memungkinkan hypothalamus mengatur fungsi hipofisis.
Rangsangan yang berasal dari tak mengaktifkan neuron dalam nucleus hypothalamus
yang menyintesis dan menyekresi protein degan berat molekul yang rendah.Protein
atau neuro hormone ini dikenal sebagai hormone pelepas dan penghambat.Hormon
–hormon ini dilepaska kedalam pembuluh darah system portal dan akhirnya
mencapai sel – sel dalam kelenjar hipofisis. Dalam rangkaian kejadian tersebut
hormon- hormon yang dilepaskan oleh kelenjar hipofisis diangkt bersama darah
dan merangsang kelenjar-kelenjar lain ,menyebabkan pelepasan hormon – hormon
kelenjar sasaran. A Akhirnya hormon – hormon kelenjar sasaran bekerja pada
hipothalamus dan sel – sel hipofisis yang memodifikasi sekresi hormone.
2. Histology
Embriologi adenohypofise & neurohypofise berbeda. Adenohypofise berkembang
dari kantong rathke yaitu divertikulum ektodermal yang menonjol dari atap
stomadeum (atap bakal rongga mulut). Sedangkan neurohypofise berkembang dari
divertikel neuroektoderal menonjol dari diensefalon membentuk infundibulum,
kedua divertikel ini dengan cepat berhubungan satu dengan lainnya dan hubungan
kantong rathke dengan atap bakal rongga mulut hilang.Sebaliknya infundibulum
tetap berhubungan dengan diencefalon dimana bagian atasnya membentuk tangkai
neural dan bagian bawahnya inferior membentuk pars nervos mengandung sel-sel
neuroepitethel yang akan mengalami proliferasi dengan hebat danberdffrensiasi
menjadi sel pituisit. Dari diencefalon serat saraf berkembang dan berjalan
turun ke bawah ke dalam tangkai neural dan masuk ke pars nervosa.
Bagian kantong rathke yg berhubungan dengan pars nervosa hy berkembang sedikit
menjadi pars intermedia. Sedangkan dinding depan (anteroir) akan berkembang
dengan cepat dan membentuk pars distalis,pars intermedia.Pada manusia pada
perkembangannya banyak sel-sel akan bermigrasi ke pars distalis dan sebagian ke
pars nervosa sehingga pada orang dewasa pars itermedia menyusut & hanya 2%
dari hipofise.
Pars tuberalis berasal dari pertumbuhan jaringan dari pars distalis &
mengelilingi tangkai neural pada sisi anteroir dan lateral. Sisa kantong dapat
dilihat pada anak-anak berupa vesikel berisi koloid yg terdapat pada perbatasan
antara adenohupofise dan neurohypofise.
3. Histofisiologi
a. Sel “neuroscretory’ pada Hipotalamus mensekresi “releasing dan inhibitory”
hormon yang menstimuli atau menginhibisi aktifitas Hipofise anterior.
b. Sesuai dengan rangsangan dari releasing atau inhibitory hormon maka Hipofise
akan mensekresi : GH, Prolactin, LH, FSH, TSH dan ACTH atau penghambat hormon
tersebut diatas.
c. Nukleus supraoptik memproduksi ADH (Anti Diuretic Hormon ) dan selanjutnta
disimpan dalam hipofise posterior.
d. Nukleus paraventrikuler memproduksi Oxitocin (vasopresin) dan selanjutnya
disimpan dalam hipofise posterior
B. Kelenjar Tyroid
1. Anatomi
Kelenjar tyroid terletak dibagian bawah leher, antara fascia koli media dan
fascia prevertebralis.Didalam ruang yang sama terletak trakhea, esofagus,
pembuluh darah besar, dan syaraf. Kelenjar tyroid melekat pada trakhea sambil
melingkarinya dua pertiga sampai tiga perempat lingkaran.Keempat kelenjar
paratyroid umumnya terletak pada permukaan belakang kelenjar tyroid.Tyroid
terdiri atas dua lobus, yang dihubungkan oleh istmus dan menutup cincin trakhea
2 dan 3.Kapsul fibrosa menggantungkan kelenjar ini pada fasia pretrakhea
sehingga pada setiap gerakan menelan selalu diikuti dengan terangkatnya
kelenjar kearah kranial.Sifat ini digunakan dalam klinik untuk menentukan
apakah suatu bentukan di leher berhubungan dengan kelenjar tyroid atau tidak.
Vaskularisasi kelenjar tyroid berasal dari a. Tiroidea Superior (cabang dari a.
Karotis Eksterna) dan a. Tyroidea Inferior (cabang a. Subklavia).Setiap folikel
lymfoid diselubungi oleh jala-jala kapiler, dan jala-jala limfatik, sedangkan
sistem venanya berasal dari pleksus perifolikular. Nodus Lymfatikus tyroid
berhubungan secara bebas dengan pleksus trakhealis yang kemudian ke arah nodus
prelaring yang tepat di atas istmus, dan ke nl. Pretrakhealis dan nl.
Paratrakhealis, sebagian lagi bermuara ke nl. Brakhiosefalika dan ada yang
langsung ke duktus thoraksikus. Hubungan ini penting untuk menduga penyebaran
keganasan
2. Histology
Pada usia dewasa berat kelenjar ini kira-kira 20 gram. Secara mikroskopis
terdiri atas banyak folikel yang berbentuk bundar dengan diameter antara 50-500
µm. Dinding folikel terdiri dari selapis sel epitel tunggal dengan puncak
menghadap ke dalam lumen, sedangkan basisnya menghadap ke arah membran basalis.
Folikel ini berkelompok sebanyak kira-kira 40 buah untuk membentuk lobulus yang
mendapat vaskularisasi dari end entry. Setiap folikel berisi cairan pekat, koloid
sebagian besar terdiri atas protein, khususnya protein tyroglobulin (BM
650.000).
3. Histofisiologi
a. Sekresi T4 (tiroxin,tetraiodotironin), T3 (triiodotironin) dan Calcitonin.
b. Terdiri atas lobus kanan
dan kiri dipisahkan oleh istmus.
\
1.
c. Pada beberapa orang ditemukan lobus piramidal (lobus tambahan), merupakan
sisa dari Tiroid primordial yang tumbuh dari dasar lidah melalui jalan duktus
Tiroglossus.
FISIOLOGI YANG BERHUBUNGAN DENGAN BENJOLAN DI LEHER
Kelenjar tyroid menghasilkan hormon tiroid utama yaitu tiroksin (T4) dan
triiodotironin (T3). Kedua hormon ini merupakan asam amino dengan sifat unik
yang mengandung molekul iodium yang terikat pada struktur asam amino.T4
mengandung empat atom iodium dalam setiap molekulnya,dan T3 hanya mengandung
tiga atom saja.Kedua hormon ini disintesis dan disimpan dalam keadaan terikat
dengan protein dalam keadaan terikat dengan protein di dalam sel-sel kelenjar
tiroid;pelepasannya ke dalam aliran darah terjadi ketika diperlukan.Kurang
lebih 75% hormon tiroid berada dalam keadaan terikat dengan globulin
pengikat-protein (TBG;thyroid-binding globulin).Hormon tiroid yang lain berada
dalam keadaan terikat dengan albumin dan prealbumin pengikat tiroid.
Iodium merupakan unsur esensial bagi tiroid untuk sintesis hormon tiroid.Pada
kenyataannya,iodium dalam tubuh paling banyak digunakan oleh kelenjar
tiroid,dan gangguan utama akibat defisiensi iodium adalah perubahan fungsi
tiroid.Iodida dikonsumsi dari makanan dan diserap ke dalam darah di dalam
traktus gastrointestinal.Kelenjar tiroid bekerja sangat efisien dalam mengambil
iodium dari darah dan kemudian memekatkannya dalam sel-sel kelenjar tersebut.Di
sana ion-ion iodida akan diubah menjadi molekul iodium yang akan bereaksi
dengan tirosin (suatu asam amino) untuk membentuk hormon tiroid.
Sekresi hormon tiroid dikendalikan oleh kadar hormon perangsang tiroid (thyroid
stimulating hormone,TSH) yang dihasilkan oleh lobus anterior kelenjar
hipofisis.TSH akan mengendalikan kecepatan pelepasan hormon tiroid..Selanjutnya,pelepasan
TSH ditentukan oleh kadar hormon tiroid dalam darah.Jika konsentrasi hormon
tiroid dalam darah menurun,pelepasan TSH meningkat sehingga terjadi peningkatan
keluaran T3 dan T4.Keadaan ini merupakan satu contoh pengendalian umpan-balik
(feedback control).Hormon pelepas-tirotropin (TRH;thyrotropin-releasing
hormone) yang disekresikan oleh hipotalamus memberikan pengaruh yang mengatur
(modulasi) pelepasan TSH dari hipofisis.Faktor-faktor lingkungan seperti
penurunan suhu tubuh dapat meningkatkan sekresi TRH dan dengan demikian
menaikkan sekresi hormon tiroid.
Fungsi utama hormon tiroid (T4 dan T3) adalah mengendalikan aktifitas metabolik
seluler.Kedua hormon ini bekerja sebagai alat pacu umum dengan mempercepat
proses metabolisme.Efeknya pada kecepatan metabolisme sering ditimbulkan oleh
peningkatan kadar enzim-enzim spesifik yang turut berpengaruh dalam konsumsi
oksgen,dan oleh perubahan sifat responsif jaringan terhadap hormon yang
lain.Hormon tiroid mempengaruhi replikasi sel dan sangat penting bagi
perkembangan otak.Adanya hormon tiroid dalam jumlah yang adekuat juga
diperlukan untuk pertumbuhan normal.Melalui efeknya yang luas terhadap
metabolisme seluler,hormon tiroid mempengaruhi setiap sistem organ yang
penting.
Kelenjar tiroid juga menghasilkan kalsitonin atau tirokalsitonin.Sekresi
kalsitonin tidak dikendalikan oleh TSH.Hormon ini disekresikan oleh kelenjar
tiroid sebagai respon terhadap kadar kalsium plasma yang tinggi,dan kalsitonin
akan menurunkan kadar kalsium plasma dengan meningkatkan jumlah penumpukan
kalsium dalam tulang.
Efek hormon tiroid pada pertumbuhan meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan
otak selama kehidupan janin. Bila janin tidak dapat mensekresi hormon tiroid
dalam waktu yang cukup maka pertumbuhan dan pematangan otak sebelum dan sesudah
bayi dilahirkan akan sangat terbelakang dan otak tetap berukuran kecil dari
normal. Hormon tiroid meningkatkan laju metabolisme sebagian besar sel tubuh.
Bila produksi hormon tiroid sangat meningkat maka hampir selalu menurunkan
berat adan. Dan bila produksinya menurun hampir selalu meningkatkan nafsu
makan. Keadaan ini dapat melebihi keseimbangan perubahan kecepatan metabolism
Efek pada sistem kardiovaskuler hormon tiroid akan meningkatkan aliran darah
dan curah jantung, frekuensi denyut jantung, kekuatan denyut jantung, volume
darah, dan tekanan arteri. Efek pada respiratori. Meningkatnya kecepatan
metablisme akan meningkatkan pemakaian oksigen dan pembentukan karbon dioksida.
Ini akan mengaktifkan semua mekanisme yang meningkatkan kecepatan dan kedalaman
pernapasan.
Efek pada saluran cerna, meningkatkan nafsu makan dan asupan makanan, karena
hormon tiroid meningkatkan kecepatan sekresi getah pencernaan dan gerakan
saluran cerna. Sering terjadi diare, kekurangan hormon tiroid dapat menimbulkan
konstipasi.
Efek pada sistem syaraf pusat. Hormon tiroid meningkatkan kecepatan berfikir,
tapi juga sering menimbulkan disosiasi pikiran, dan sebaliknya berkurang hormon
tiroid akan menurunkan fungsi ini.
Efek terhadap fungsi otot. Peningkatan hormon tiroid dapat menyebabkan otot
bereaksi dengan kuat, namun bila jumlah hormon ini berlebihan, maka otot-otot
malahan menjadi lemah oleh karena berlebihnya katabolisme protein. Kekurangan
hormon tiroid menyebabkan otot sangat lambat, tremor pada otot.
Efek pada tidur. Karena efek yang melelahkan dari hormon tiroid pada otot dan
sistem syaraf pusat, maka penderita hipertiroid seringkali merasa capai terus
menerus tetapi karena efek ekstasi dari hormon tiroid pada sinaps, timbul
kesulitan tidur. Sebaliknya, somuolen yang berat merupakan gejala khas dari
hipertiroidisme, disertai dengan waktu tidur yang berlangsung selama 12 jam
sampai 14 jam sehari.
Efek hormon tiroid pada fungsi seksual. Pada pria, berkurangnya hormon tiroid
menyebabkan hilangnya libido dan sebaliknya sangat berlebihannya hormon ini
seringkali menyebabkan impotensi. Pada wanita, kekurangan hormon tiroid
seringkali menyebabkan timbulnya menoragia dan polimenore.
2.
pemeriksaan fisik
1.
inspeksi:
·
identifikasi daerah anatomi spesifik
diperlakukan untuk menjamin pengkajian yang akurat.
·
Daerah leher bagian bawah antara
otot-otot sternokleomastoideus dinspeksi untuk melihat terdapatnya benjolan
disebelah anterior atau tampak asimetris.
·
Pasien diminta untuk sedikit ekstensikan
lehernya dan menelan. Normalnya jaringan tiroid akan bergerak naik jika pasien
menelan.
2. Palpasi
Untuk
menentukan ukuran, bentuk konsisten, kesimetrisan dan adanya nyeri tekan.
Caranya:
·
Palpasi kelenjar tiroid secara efektif
dengan posisi pasien membelakangi pemeriksa dan pemeriksa melakukan prosedur
ini dengan menggunakan kedua belah tangan melingkari leher pasien.
·
Ibu jari tangan diletakkan pada bagian
posterior leher, jari telunjuk dan jari tengah melakukan palpasi untuk meraba
istmus tiroid serta permukaan anterior lobus lateralis(daerah istmus akan
terasa kenyal dengan konsistensi yang menyerupai gelang karet).
·
Lobus kiri diperiksa dengan menempatkan
pasien dalam posisi leher sedikit fleksi ke depan dank e kiri. Kemudian
kartilago tiroid didorong ke kiri dengan jari tangan kanan(gerakan ini akan
menggeser lobus kiri, ke dalam muskulus sternokleidomasteideus sehingga mudah
di palpasi).
3. Auskultasi:
·
Dilakukan apabila pada saat di palpasi
kelenjar tiroid ditemukan membesar. Caranya yaitu auskultasi kedua lobus
dilakukan dengan corong membran stetoskop. Auskultasi akan mengenal vibrasi
setempat yang terdengar seperti bruik.
Pemeriksaan Diagnostik
1) Pemeriksaan
darah yang mengukur kadar Ht(T3dan T4), TSH dan TRH akan memastikan diagnostic, keadaan,
dan lokalisasi masalah di tingkat SSP atau kelenjar tiroid.
·
Tes TSH (Tiroid Stimulating Hormone)
Untuk menegakkan diagnosis serta
penatalaksanaan kelainan tiroid dan untuk membedakan kelainan yang disebabkan
oleh penyakit pada kelenjar tiroid sendiri dengan kelainan yang disebabkan oleh
penyakit pada hipofisis atau hipotalamus.
·
Radio immunoassai TSH, kadar TSH dalam
serum dapat diukur dengan pemeriksaan radio immunnoassai.
·
T3 merupakan pemeriksaan mengukur secara
tidak langsung kadar Tbg tidak jenuh. Tujuannya adalah untuk menentukan jumlah
hormon tiroid yang terikat dengan Tbg dan jumlah tempat pengikatan yang ada.
Normalnya Tbg tidak sepenuhnya jenuh
dengan hormon tiroid dan masih terdapat tempat-kosong untuk mengikat T3
berlabel radio iodium, yang ditambahkan dalam specimen darah pasien. Nilai
ambilan T3sangat berguna untuk mengevaluasi kadar hormon tiroid pada pasien
yang mendapatkan lodium dalam dosis diagnostik atau teurapetik.
·
T4, tes ini paling sering dilakukan
adalah penentuan T4 serum dengan teknik radio imunnoassay atau peningkatan
kompetitif. Kisaran T4 dalam serum yang normal berada diantara 4,5 dan 11,5. T4
terikat terutama dengan Tbg dan terutama pealbumin; T3 terikat lebih longgar,
T4 normalnya terikat dengan protein. Setiap faktor yang mengubah protein
pengikat ini juga akan mengubah kadar T4. Penyakit sistemik yang serius,
obat-obatan(yaitu kontrasepsi oral, steroid, fenitoin, salisilat) dan penipisan
protein sebagai akibat dari nefrosis serta penggunaan hormon androgen dapat
mempengaruhi ketepatan hasil tes.
·
Ambilan iodium radio aktif, tes ini
dilakukan untuk mengukur kecepatan ambialan iodium oleh kelenjar tiroid. Kepala
pasien disuntikkan I131 atau radio nuklida lainnya dengan dosis
tracer, dan pengukuran pada tiroid dilakukan dengan alat pencacah skintilasi
yang akan mendeteksi serta menghitung sinar gamma yang dilepaskan dari hasil
penguraian I131 dalam kelenjar tiroid. Tes ini mengukur proporsi
dosis iodium radio aktif yang diberikan yang terdapat dalam kelenjar tiroid
pada waktu tertentu sesuai pemberiaanya. Nilai normal berfariasi diantara
kawasan geografik yang satu dengan yang lainnya dan menurut asupan iodium.
Penderita hipertiroidisme akan mengalami menumpukan I131 dalam
proporsi yang tinggi(mencapai 90% pada sebagian pasien),sedangakan penderita
hipotiroidisme memperlihatkan ambilan yang sangat rendah.
Tes Laboratorium
Tes
laboratorium berguna untuk mendeteksi dan menegakkan diagnosis kelainan tiroid
atau faktor penyakit tiroid yaitu:
1. Pemeriksaan
tendon arsilles
2. Kadar
kolestrol serum
3. Elektrokardiogram(EKG)
4. Pemeriksaan
enzim otot(alanin transaminase(ALT)) atau serum glutamic- pyruvic transaminase(SGPT),
lactic-Acid, dehydroginase(LDH), dan Creatine Kinase(CK))
5. Pemeriksaan
USG, pemindai CT dan MRI dapat digunakan untuk menjelaskan atau memastikan
masel pemeriksaan diagnostik yang lain.
3.
Penyakit yang berhubungan :
1. Graves
(penyakit kelenjar gondok)
Penyakit
autoimun yang disebabkan oleh faktor genetic dan lingkungan.
2. Goiter
Goiter
adalah pembesaran pada kelenjar tiroid
-
Goiter konginital
-
Goiter endemit dan kretinisme
-
Goiter sporadic
Yang
merupakan petunjuk penting untuk menegakkan diagnose digolongkan menjadi 3:
-
Goiter iodium
-
Goiter sederhana
-
Goiter multinodula
3. Tiroditis
4. Kanker
tiroid
4.
a. Pengkajian
§
Aktifitas/istirahat
Gejala : insomnia, sensivitas meningkat, otot lemah, gangguan koordinasi,
kelelahan berat.
Tanda : atropi otot
§
Sirkulasi
Gejala : palpitasi, nyeri dada (angina)
Tanda : disritmia (vibrilasi atrium), irama gallop, murmur, peningkatan tekanan
darah dengan takanan dada yang berat, takhikardi saat istirahat, sirkulasi
kolap, syok (krisis tirotoksikosis).
§
Eliminasi
Gejala : urine dalam jumlah yang banyak, perubahan dalam faeces.
§
Integritas ego
Gejala : mengalami stress yang berat baik maupun fisik
Tanda : emosi labil (euphoria sedang sampai delirium), depresi.
§
Makanan/cairan
Gejala : kehilangsn berat badan mendadak, nafsu makan meningkat, makannya
sering, kehausan, mual dan muntah.
Tanda : pembesaran tiroid, goiter, edema non pitting terutama daerah pretibial.
§
Neurosensori
Tanda : bicara cepat dan parau, gangguan status mental dan perilaku, seperti
bingung, disorientasi, gelisa, peka rangsang, delirium, psikosis, stupor, koma,
tremor halus pada tangan, tanpa tujuan, beberapa bagian tersentak-sentak,
hiperaktif reflek tendon dalam (RTD).
Nyeri/kenyamanan
Gejala : nyeri orbital/fothopobia
§
Pernafasan
Tanda : frekwensi pernafasan meningkat, takipnea, dispnea, sumbatan jalan
nafas, terjadi penekanan.
§
Keamanan
Gejala : tidak toleransi terhadap panas, keringat yang berlebihan, kebutuhan
meningkat akan iodium (G), alergi etrhadap iodium (Hi).
Tanda : suhu meningkat 37,4 derajat celcius. Diaforesisi, kulit halus, hangat
dan kemerahan, rambut tipis, mengkilat dan lurus, exoftalmus: retraksi, iritasi
padakonjungtiva dan berair. Puritus, lesi, eritema ( sering terjadi pada
pretibial) yang menjadi sangat parah.
§
Seksualitas
Tanda : penurunan libido, hipomenorhea dan impotensi.
§
Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : adanya riwayat keluarga mengalami masalah itroid, riwayat
hipotiroidisme, terapi hormon tiroid atau pengobatan antitiroid, dihentikan
terhadap pengobatan antitiroid, dilakukan pembedahan tiroidektomi sebagian,
riwayat pemberian insulin yang menyebabkan hipoglikemia, gangguan jantung atau
pembedahan jantung, penyakit yang baru terjadi (pnemonia), trauma, periksaan
rontgen fhoto dengan zat kontras.
b. Diagnosa keperawatan
1. Nafas tidak efektif berhubungan dengan adanya pembesaran jaringan pada
leher, penekanan trakhea.
2. Perubahan pola nutrisi berhubungan dengan adanya penekanan daerah oesofagus,
penurunan nafsu makan.
3. Gangguan konsep diri (harga diri rendah) berhubungan dengan tidak efektifnya
coping individu, adanya pembesaran pada leher.
4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi.
c. Intervensi
Diagnosa 1
Rencana tindakan :
1. Pantau frekwensi pernafasan , kedalaman, dan kerja pernafasan
2. Auskultasi suara nafas, catat adanya perubahan suara patologis
3. Waspadakan klien agar leher tidak tertekuk/posisikan semi ekstensi atau
eksensi pada saat beristirahat.
4. Ajari klien latiahan nafas dalam
5. Selidiki keluhan kesulitan menelan
6. Persiapkan operasi bila diperlukan.
Diagnosa 2
Rencana tindakan :
1. Kaji adanya kesulitan menelan, selera makan, kelemahan umum dan munculnya
mual dan muntah.
2. Pantau masukan makanan setiap hari dan timbang berat bada setiap hari serta
laporkan adnaya penurunan.
3. Dorong klien untuk makan dan meningkatkan jumlah makan dan juga beri makanan
lunak, dengan menggunakan makanan tinggi kalori yang mudah dicerna.
4. Beri/tawarkan makanan kesukaan klien.
5. Kolaborasi : konsultasikan dengan ahli gizi untuk memberikan diet tinggi
kalori, protein, karbohidrat dan vitamin.
Diagnosa 3
Rencana tindakan :
1. Kaji tingkat perubahan rentang harga diri rendah
2. Pastikan tujuan tindakan yang kita lakukan adalah realistis
3. Sampaikan hal-hal yang positif secara mutlak untuk klien, tingkatkan
pemahaman tentang penerimaan anda pada pasien sebagai seorang individu yang
berharga.
4. Tentukan untuk perilaku manipulatif, identifikasi konsekensi untuk
pelanggaran ini dengana cara yang berbelit-belit.
5. Diskusikan masa depan klien, bantu klien dalam menetapkan tujuan-tujuan
jangka pendek dan panjang.
Diagnosa 4
Rencana tindakan :
1. Tinjau kembali proses penyakit dan harapan masa datang
2. Berikan informasi yang tepat dengan keadaan individu
3. Identifikasi sumber stress dan diskusikan faktor pencetus krisis tiroid yang
terjadi, seperti orang/sosial, pekerjaan, infeksi, kehamilan
4. Berikan informasi tentang tanda dan gejala dari penyakit gondok serta
penyebabnya
5. Diskusikan mengenai terapi obat-obatan termasuk juga ketaatan etrhadap
pengobatan dan tujuan terapi serta efek samping obat etrsebut
6. Beri dukungan moril dapat menjalankan semua anjuran/informasi yang didapat
baik oleh petugas kesehatan maupun keluarga.
5.
. >SMS ke 087 886-018-206ketik
"PESAN
NOSE STRAP"